• Home
  • Cegah Paham Radikalisme Seperti di Garut, Polri Minta Orang Tua Awasi Kegiatan Agama Anaknya

Cegah Paham Radikalisme Seperti di Garut, Polri Minta Orang Tua Awasi Kegiatan Agama Anaknya

Polri meminta orang tua mengawasi aktivitas dan kegiatan keagamaan yang dijalani anaknya di lingkungan masyarakat. Hal ini agar tidak rentan terpapar radikalisme seperti kasus yang mencuat di Garut, Jawa Barat. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan para orang tua harus mengetahui setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan sang anak.

"Yang tidak kalah penting adalah pengawasan orang tua kepada anak anak. Tidak boleh lengah dengan situasi sekarang seperti ini. Harus diketahui betul anaknya menuntut ilmu di mana dan harus diketahui," kata Rusdi kepada wartawan, Sabtu (9/10/2021). Rusdi menyampaikan orang tua harus cepat merespons jika perilaku sang anak sudah mulai berubah usai mengikuti kegiatan agama tertentu. Ia menyebut, pencegahan radikalisme yang paling utama dari pihak keluarga.

"Apabila ada perilaku perilaku yang berubah harus cepat tanggap sehingga ini menjadi modal bagaimana anak anak ini betul betul mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan harapan kita bersama. Penting orang tua harus mengawasi dari segala apa yang dilakukan oleh anak anaknya," ujarnya. Di sisi lain, Rusdi menyampaikan 59 warga Garut yang sempat diduga terpapar radikalisme juga telah dibina oleh tim gabungan. Di antaranya, pembinaan dilakukan oleh Pemda, MUI, Polri hingga TNI.

"Dibina lagi supaya betul betul mendapatkan pendidikan agama yang bener," tukasnya. Sebagai informasi, seorang remaja berusia 15 tahun di Garut diduga telah terpapar paham radikalisme Negara Islam Indonesia (NII) , yakni di Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota. Kemudian, kata Suherman, warga dan keluarga terduga melapor ke kelurahan untuk melakukan musyawarah bersama para tokoh dan MUI.

Dari musyawarah yang digelar di Desa Sukamantri terduga kemudian berkomunikasi dengan sejumlah tokoh agama. Dalam musyawarah tersebut terduga memaparkan pemahamannya bahwa pemerintahan Indonesia saat ini merupakan pemerintahan yang thogut. "Dia bilang dari hasil kajian dirinya pemerintahan saat ini merupakan pemerintahan yang jahiliah atau thogut," ucapnya.

Suherman menjelaskan ada 59 orang yang diajak untuk mengikuti paham radikal dengan mengucapkan syahadat baru. Namun, menurutnya, puluhan orang tersebut merupakan korban dari pencatutan. "Waktu kami cek satu per satu yang puluhan orang tersebut, mereka mengaku tidak tahu apa apa. Istilahnya dicatut sama yang bersangkutan," ungkapnya.

Pihak Kelurahan saat ini belum mengetahui asal muasal remaja tersebut terpapar paham radikalisme. "Kami bekerja sama dengan Polres Garut untuk menyelidiki dan TP2TP2A untuk memulihkan anak ini," kata Suherman.

Leave A Comment